D`jong's Kingdom

Internet is a galactic ocean | this is my anchor

note,

this is not sure future, but some crumbs I picked from my own source (content-creator, internet data and bunch of imagination haha) shows the likelihood that's gonna happen.

disclaimer,

  • i'm not pro or against anything, even my country. I believe in freedom and liberty but I'm also believing the need of small government is needed to maintain the healthy balance between the faction.
  • i'm not disdaining over China or Russia as the new emerging global power, or then dishing out the weakening west power (current overlord) in regards of geopolitics

my own background,

  • I'm following geopolitics for at least 2 years, imagine a guitarist (me) who hates worldly matters and not to mention my public health (mostly science) undergraduate degree how can people like this care about economy and politics. but that was started 2 years ago while also I'm starting my internet business, I deep searching everything that I'm lacking (economic, political, psychollogy to balance my own skills). And then I find economic fascinating and watching this type of content until I find the information about economic collapse in 2008 – while researching about “why gig-economics exist”. So today whenever something happened 'it's economy'

what is great reset,

I won't do like corbettreport or any other, just in short : to give a break to the current system, economically. When we say economic never forget the politics. So because it's putting a break to current economic system it will unavoidably affect the political system.

Is the break itself planned? no ... we live in the world that worked scientifically but also socially there's something that always be repeated overtime (social positivism). Human always repeat the history (refer to zeitgeist philosophy) like how we knew when the fiat currency system will always change at most 100 years that's the invisble rule in regards our world today.

I don't know exactly what is the great-reset 'they' (davos) refer to, but this is just my guess at least it will be like this:

1 safeguard the sins of the banker by anulling their scheme (crime) etc.
2 because internet+IT is good at exposing crime there'll be more control of that (this is also related to point 1)
3 controlling the anger of people using 'legal means' by binding them to a new convenant, 'starve them' is just a one way to make them yield more easily. This is where SDR currency goes 4 establish the new all encompassing scheme using the help of cold-and-ruthless-but-discipline computer system. This is also controlling number 2, how to get internet+IT serving the interest of the ruling elites = more hidden code, more limitations, more hidden anti-consumeristic-practice.
5 then if social credit score established, new religion re-surfaced. Btw I know how 'credit score' worked in catholic school. Obeying the rule is like a natural reflect.

In the process they will not sacrificing the current progress. Everything else might happened, but to me that's just some company want to propose their own agenda or I can say mini agenda.

Okay that's only my guess, it might be wrong. the key point to emphasize is : what will happen if current trajectory don't change. Pick the end point at pre-covid time : december 2019.

For covid19, I believe it's failed bio warfare against China but actually works against the world.

the world gonna end what's the point doing things amidst volatile situation this is what's inside my brain and stop doing things was suddenly a rational things to do or maybe because I'm too lazy?

i want to get out of this kind of mentality

lockdown-escape.jpg

Dulu sempet diskusi sama saudara soal walau ahli kimia kenapa kok bisa ramu sendiri tapi tak laku dijual rame. dibales, kalah brand sama perusahaan besar. kalau sudah jatuh cinta tidak akan berbalik. tapi ketika lockdown irrasional ini tetep diadakan oleh pemerintah (yang padahal dikritik oleh petinggi who baru2 ini), opsi untuk 'memakan produk luar' dengan 'made in indonesia' jadi opsi yang bagus juga bagi orang kita. tidak usah anggap warga lain jadi saingan maksudnya. > lakukan sekarang gpp, ntar klo dah diloby bisa dipukul aparat ntar wkwk ... itung2 nasionalisasi konsumen.

Selama lockdown masih jalan, ekonomi membaik itu hanya mimpi. belum kena covid, bisa mati kelaparan dulu. hitungannya udah jelas oleh para ekonom dunia sejak awal2, eh masih aja percaya vermerintah. debunk oleh dokter sudah ada di mana-mana dan disensor oleh 'pemerintah dunia' via kroco2 macem fb,tw dan yt itu. yang tahu hanya gedek2 sama 'groupthink' dan 'mob rule' yang rampant. yang dibutuhkan adalah produksi bukan subsidi, free market principle dulu.

Dan saya tahu juga ada orang yang over dengan menggunakan masker sebagai implementasi sharia dari komunitas di era pandemic, maksudnya : bila melanggar akan dibenci dan menjadi musuh bersama yang harus dihancurkan entah jiwa (debunk walaupun dengan pseudoscience) dan fisiknya ( bener2 ingin mencemeti orang yg gak pake masker). Hei ... dokter di RS aja untuk situasi normal tidak setiap waktu perlu memakai masker, rumah sakit itu bahaya infeksinya lebih besar daripada covid19 di manapun. pertahanan terbaik untuk covid19 adalah selalu tentang pysical distancing dan karantina itu untuk orang sakit saja bukan untuk orang sehat. > alasan kenapa kok over dengan masker? Karena manusia kehilangan basic trust kepada orang lain ini yang menjadi sisa propaganda oleh media > lihat cina sono? Basic trust masih terjaga, disiplin ya sejauh tidak ada kasus baru lagi kan? Saya kira sejak kita lockdown selama 2 minggu itu semua yang covid19 sudah mengalami fase akut-nya > test medis untuk covid sendiri pun masih diragukan, inget saya bukan cultist untuk covid19 ini – kalau tak ada evidence ngapain lagi? Evidence yang ada cuma apa? Statistic ... tahukah anda istilah 'fuzzy number'? Statistik itu bisa dimanipulasi > logika anda di test juga di masa krisis ini wkwk

Crypto itu hard currency, tapi beyond crypto itu adalah filsafat karena dia awalnya proof of concept, what conceives concept anyway? Filsafat kan? Filsafat yang buat cryptocurrency dan yang melahirkan sains. filsafat itu hidup, sedangkan agama itu mati, agama hanya sebagai kisi-kisi di mana kita berjalan – hermeneutik itu dari mana kalau tidak dari filsafat? Yang anggap filsafat menyesatkan itu pengkhianat kemanusiaan, hiraukan aja kalau ngeyel catet aja namanya jangan diajak klo ada yg oke-oke.

untuk apapun itu saya kira orang punya sebuah ekspektasi, ekspektasi vs harapan beda sekali: harapan itu boleh tertunda, namun ekspektasi harus ada karena itu adalah sisi rasional dari diri manusia, tanpa adanya ekspektasi, free-market tidak akan terjadi dan perkembangan teknologi hanya sebuah retorika belaka.

nah selain blog ini tentunya saya berharap ada branding yang berbeda pula, blog ini hanya for fun saya menulispun tidak berpikir hanya melatih kreativitas belaka, membiasakan bahasa tulis (alih-alih lisan) dan akhirnya bisa menjadi fondasi yang bagus bila saya ingin menjadi penulis di masa depan.

apa yang membuat saya mendapatkan sesuatu dari blog ini? oh ya karena saya bisa menuliskan curahan pikiran setiap harinya tanpa harus meminta-maaf, hoy ingat ini adalah zona pribadi saya, Anda masuk di kamar saya bila klik link blog ini huahahaha.

namun untuk satelit di luar saya menginginkan sesuatu yang lain : reaksi dan tanggapan orang. ketika wfh ini seolah kita menjadi terpisah satu sama lain, dan bagi laki-laki, telpon2an itu jadi sesuatu yang awkward sekali – kecuali tulis komentar atau tulisan saya kira interaksi online lain kehilangan maskulinitasnya wkwk.

beberapa situs yang THANK GOD bisa membuat saya mendapatkan insentif dari menulis yang agak panjang (komentar) : 1) facebook, group diskusi tentunya 2) kaskus.com, komen terhadap artikel yang nyeleneh dijawab juga 3) youtube/forum online, akun anon – tapi jadi anon yang english speaking itu tidak memuaskan juga saya carinya orang indo

yang ada tulisan tapi jarang di respon ya di twitter, nulisnya enak tapi seolah semua jauh dengan saya, ah tidak nyaman

dan beberapa saat lalu saya juga sudah mencanangkan lbry sebagai lahan untuk blogging bahasa Indonesia, tapi ternyata sedikit pula orang Indo yang masuk sana juga ada mindset bahwa lbry ini saingan dari youtube (sebagai video hoster alih2 blogging platform yang padahal bisa) jadi secara niche orang bahkan asing pun tidak memiliki ekspektasi bahwa akan ada blog di sana. Dan raison'd'etry lbry sendiri adalah untuk tempat barisan sakit hati yang ditendang dari youtube hahaha. Akhirnya ya hanya konten kritis yang worth the view, other else people will go to youtube to enjoy the vids. Sedangkan blogger orang akan lebih lewat search engine untuk cari tulisan. Ini adalah masalah soal di lbry.

dan akhirnya perlu renorming lagi untuk menyelamatkan psyche dari sesuatu yang tidak memerdekakan ini: mari kita fokus ke hive blog. Cuman ada permasalahan untuk hive, jadi begitu anda menulis, hive itu ibarat tattoo yang tidak bisa dihapus, sehingga tulisan itu ETERNAL. Nah itulah kenapa kok perlu ada pertimbangan lebih jauh untuk menulis di hive, namun faktanya kan memang demikian toh? kalau sudah berpendapat ya harus dimaklumi. Namun beda juga dengan di writeas ini, saya bisa hapus akun kalaupun ntar diperlukan, sedangkan di hive tidak bisa!

Namun enaknya hive, dia adalah satu ekosistem yang isinya adalah komunitas penulis yang kalau search hal penting ya di search engine sono sendiri. Jadi kalau start nulis sesuai niche di kolam kecil mulai dari sekarang bisa jadi akan sangat menguntungkan. Dan sama dengan lbry, masih sangat sedikit komunitas penulis di hive dari Indonesia. Saya tahu adanya orang yang gak tau beneran/gak cari2 sumbangan untuk masalah yang terjadi di sumatra sana. Dia nulis dan niche-nya selalu sama berbulan-bulan, aneh sekali hehehe.

Nah kemudian berpikir lagi niche itu akan menguntungkan tergantung dari manusia yang ada, yang penting manusianya. kemudian apa karakteristik dari manusia itu? orang bule / indo? sesuaikan dengan kebutuhan maka Anda bisa menjadi bermanfaat di sana. Apakah memaksakan konten indonesia di platform hive akan berhasil? saya yakin mungkin 30% bisa yakin. :(

Nah yang terakhir adalah kompasiana / kaskus, ah saya tidak akan ndedhes banyak yang jelas karena kita bisa lihat dan baca sendiri kita tahu bagaimana sifat artikel dan apa yang disukai dari orang-orang di sana. Kompasiana lebih ke opini dan persoalan publik sedangkan kaskus ini lebih pada top 10 dll, opini sedikit dan tidak terlalu banyak, kalau kaskus beritanya harus super unik supaya banyak yang baca. Saya tidak tahu bagaimana redaksi berjalan di antara kedua situs itu.

so ini gambar saya taruh sini berasal dari link berikut

121619815-4536687723040121-2508394959191931895-o.jpg

melihat pembahasan sebenernya kurang suka dengan analisis dari infografer / yang nulis script untuk ini. Saya melihat di gambar ini nomor 2 dan tips melindungi diri itu tidak nyambung. Apa hubungannya dengan meminjamkan hp dan tiba2 ada yang bisa dapatkan langsung seluruh data pribadi saya? seng genah aeeee! aaaah

ini mayoritas adalah beban yang bisa dipersalahkan pada operator, bukan berarti semua kasus sim swap adalah salah mereka. Namun dengan bergeraknya kita ke era baru digital dan apalagi ke depan ini akan sangat marak namanya dompet dan transaksi digital, opsel akan memegang peranan penting bagi masyarakat luas.

ini kalau tidak ada tekanan dari masyarakat, saya gak tau lagi apa yang bisa buat perubahan yang signifikan.


edit : Min 18 Okt 2020 02:11:01 WIB Saya coba tanya ke telkomsel (jelas bisa dilihat), begini jawabnya:

SS Customer Service Twitter

kelihatannya memang belum ada jawaban yang pasti soal hal ini!

saya kasih itu supaya gak kena algigolorithm wkwk gimana ya rasanya misal buat konten yang berbau konspirasi?

jangan anggap juga ilmu konspirasi sebagai sesuatu yang 100% jahat.

sebenernya teori konspirasi itu ada ilmunya : ilmu bisnis, dalam bisnis kalau Anda pernah beli modul mahal2 itu yang 3 jutaan lebih akan diajari cara misal : menggunakan lawan jenis untuk menaklukan pembeli, laki untuk perempuan dan perempuan untuk laki.

ah tentu teori konspirxkraki ini akan dibenci di Indonesia, ntar kalau sedikit pemnyinggung vermentrintah akan langsung kena copyright-strike eh... UU ITE. UU ini sangat berguna di tangan pejabat wkwk

but why not make it anonymous? hmmm

Note : Saya sangat memedulikan kemajuan Indonesia dan men-sequitur-kan anti uu cipta kerja 2020 = anti kemajuan Indonesia itu fallacy terbesar. UU Cipta Kerja 2020 ini satu dari banyak usaha untuk memajukan Indonesia, UU Cipta Kerja 2020 itupun belum terbukti/secara rationale belum meyakinkan untuk mengentaskan permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Pembuktian itu juga tidak melulu butuh dilakukan dulu, kalau ada yang ngeyel seperti ini : orang ini tidak kenal filsafat (coba baca topik positivisme) = berarti lebih baik Anda hiraukan, karena memang bukan maqomnya tapi ikut ngomong.


https://youtu.be/3_EtIWmja-4

Tonton dulu video ini sampai habis Thomas Sowel

konteks : ini TS mengkritik soal politik US dari kebijakan left yang kemudian dianggap irasional dan tidak


Saya tautkan tweet saya (males nulis)

Ini terkait dengan policy

There's are no solutions, only trade-offs (alternative) and choose the BEST TRADE-OFFS that you can get:

1) Compared to what? 2) At What Cost? 3) What hard evidence do you have?

Never assume THAT as the only solution out there.

UU Cipta Kerja versi 1.0 ini hanya alternatif dari alternatif lain yang ada, jangan asumsikan itu adalah obat pasti sembuh karena belum ada yang terdahulu.

1) UU Cipta kerja itu lebih baik dibandingkan apa? 2) UU Cipta kerja itu ada di harga yg mana (mahal/murah bagi kita/masyarakat) 3) Apa bukti keras yang Anda punya kalau UU Cipta Kerja itu melakukan apa yang Anda jual?


Saya tambah lagi kalau memang semisal pemerintah serius untuk mendapatkan ketenagakerjaan maksimum – pengentasan masyarakat – sebenernya opsinya banyak yang tidak perlu mengorbankan rakyat kita sendiri. Saya baca banyak sekali kapitalisme dan liberalisme dan saya tahu apa yang mereka suka, contoh opsi yang demikian :

1) bebaskan pajak untuk pabrik 10/20 tahun 2) deregulasi peraturan/kasih kemudahan birokrasi 3) korbankan lingkungan (ini ekstrim) 4) komitmen dan proteksi pemerintah thd investor

Dan rakyat/masyarakat sendiri adalah fondasi negara dan kekuatan potensialnya, saya kira membuat undang-undang yang tidak pro-rakyat sebenernya hanya menggerogoti kita dari dalam saja. Sayang beribu sayang orang kita tidak bisa membedakan mana asumsi, opini dan realita.

Lalu diskusi soal hal ini menjadi sangat toksik dan berkepanjangan banyak yang suka bootlicking pada pemerintah yang saya temukan aneh sekali. Itu undang-undang jelek/baik juga mengikat sono hingga anak cucu juga padahal dan menurut pandangan classical liberalisme pemerintah yang baik itu adalah pemerintah yang terbatas.

Yang saya maksud dari postingan ini bukan untuk mengkritisi poin-poin dalam UU Cipta Kerja, tapi mengkritik soal : “KENAPA KOK SEOLAH UU INI HARUS LEGAL WHATEVER IT TAKES?”

Di bahasa madura ada istilah tantretan, sebenernya ini berasal dari kata tretan yang berarti kawan. Tapi kemudian menjadi tantretan yang berarti lain : yaitu kalau satu dikeruyuk maka sesama madura harus saling bantu, tidak peduli benar/salah. Kalau yang mengeruyuk orang madura lain, maka orang dekat yang saling bantu dst. Ini adalah budaya yang ada di Indonesia dan cukup terkenal di Surabaya atau daerah dekat madura.

Kalau saya gabungkan technocratic itu dengan pasar saham, pasti Anda akan dapat jelasnya. yaitu bahwa kalau saya Bejo dan punya duit 1 triliun dollar maka saya bisa menjadi investor di dua perusahaan yang bahkan perusahaan itu sebenernya adalah sifatnya kompetisi. Dan apalagi kalau uang saya lebih banyak, maka saya bisa lagi invest ke perusahaan lain yang menjadi satelit bagi dua perusahaan ini entah menjadi produk pelengkap bagi mereka ataupun yang lain sekalipun.

Nah di oktober ini jelasnya banyak sekali censorship yang terjadi secara online. Di Indonesia ini mungkin sedikit terjadi karena Indonesia itu negara yang cukup tidak berpengaruh secara luas secara internasional, sehingga opininya tidak terlalu berpengaruh. Juga 'pemerintahan kita ini cenderung kuat', jadi 'personalitas kita ini gampang dikontrol' dengan lebih baik dibandingkan negara barat yang cenderung masyarakatnya ini opinionated dan sangat kritis untuk berfilsafat dalam sebuah diskursus (juga jangan dilupakan secara ekonomi mereka lebih kuat, vote with your money they said).

Bitchute.com sebagai platform baru yang menjadi suara alternatif bagi orang-orang terbuang dari youtube menjadi semakin digunakan di penghujung 2020 ini. Siapa saja content creatornya? misal ada yang disensor di youtube karena berani-berani menentang suara WHO, maka dia akan buat video di bitchute untuk menciptakan video dengan santun dan step by step menjelaskan kepada pembacanya. Seradikal apapun suatu pemikiran di dalam video tidak pernah akan secara gampang mendoktrin orang-orang. Kecuali itu ada di arisan dan orang berkumpul itu hal yang lain, karena saya sendiri percaya dengan esensi energi, ketika orang berkumpul energi itu gampang dibagikan kepada orang lain. Singkatnya orang berkumpul => bisa lebih mudah mendoktrinasi daripada video yang kita lihat secara pasif.

Mengapa saya menegaskan hal itu? karena ada tuduhan di mana bitchute itu menjadi funnel dari suara-suara radikal. Padahal youtube juga lupa bahwa dirinya channel official ISIS juga terkadang dihosting di sana, menyebarkan berbagai macam propaganda negatif tapi dia tidak remove. Ingat ini ISIS ya, yang notabene bener2 terbukti sebagai teroris! Apa? mau gaslightning saya bahwa ISIS itu bukan teroris? wkwk

Dengan tuduhan seperti itu juga akhirnya tantretan pun jalan, yang memblokir dan mengasingkan bitchute tidak hanya youtube sendiri. Akhirnya gak tahu apakah ini koordinasi aktif ... LHAR twitter juga akhirnya membanned link yang mengacu pada bitchute. Bisa jadi banning langsung (Anda bisa lihat itu dibanned), bisa jadi tidak langsung (yaitu di mana dari akun lain baru Anda lihat yang Anda share sebenernya kosong dan tidak ada).

Tantretan pun juga tidak terjadi di saat ini saja, sebelumnya yang gila adalah alex jones. Di mana dia ini disensor dari video hosting, social media, hingga dari menggunakan paypal. Cukup besar 'jangkauan sosial' dari big tech ini, sangat bersaudara satu dengan yang lain.

Ini juga kenapa kok saya cukup pro terhadap apa yang ada di Cina. Di cina sono mereka membagi rakyatnya untuk masuk di sosial media selain punya orang barat (yang orang indonesia juga mendompleng). WeChat, Weibo, QQ, dll. Setidaknya ada negara yang menaungi anda, pokoknya jangan melawan negara itu sudah cukup lah.

Sedangkan big tech ini kepentingannya tidak pernah diketahui. Apa yang mereka bela? Sedangkan persahabatan itu sifatnya segitiga, negara setidaknya tidak akan merugikan rakyatnya terlalu banyak kecuali ada makar kan? sedangkan big tech yang internasionalis itu? mereka akan selalu pro terhadap profit dan apakah Indonesia sedemikian kaya-nya sehingga bisa mengamankan dirinya?

Sebenernya Indonesia dan negara2 lain bisa memecah tantretan big tech/technocracy ini dengan ikut mendukung free and opensource software. Gunakan gnu/linux dan ikut mensponsori non-profit organization sekaligus mengembangkan versi miliknya sendiri supaya tidak terjajah di masa depan.

Saya takut dengan presedence dari youtubers ... ya YOUTUBERS itu bisa kita lihat nasib negara bila big tech ini terlalu menggurita di setiap sendi kehidupan kita.

Gelisah adalah salah satu dari rasa-rasa 'yang exist' di dunia kemanusiaan, hewan mungkin bisa gelisah tapi itu instinctual – berbeda dari hewan 'sphere of perception and influence' dari manusia itu cukup jauh. Kalau hewan itu hanya gelisah dengan apa yang radius 100m bisa mereka rasakan, manusia bisa gelisah dengan radius apapun dari 'ancaman' yang ada.

Chinese-Word-of-Crisis.jpg

Dalam budaya China, ada 'pop understanding' bahwa krisis terdiri dari kanji dari 'danger' dan 'opportunity' dan walaupun secara kata-kata oleh linguist itu sebenernya terbukti tidak benar. Namun secara philosophical itu masuk akal, dalam krisis siapapun bisa merubah nasibnya, Krisis belum tentu adalah situasi yang buruk. Krisis berbeda dari kritis, krisis adalah kondisi di mana kita dipress untuk mengalami segala parameter yang minimal sedangkan kritis sebagai kondisi adalah di mana kita akan ditentukan hidup dan matinya sesuatu.

Bagi saya sendiri gelisah itu ibarat suatu 'spider sense' / lampu indikator merah untuk membuat saya bergerak untuk melewati sesuatu yang kritis. Di 2020 adalah kelak bisa menjadi masa krisis apabila penanggulangan pemerintah tidak maksimal,

Ketika masyarakat tidak mengembalikan psikologi confidencenya untuk mengkonsumsi seperti biasanya : produsen akan kehilangan insentif untuk memproduksi dan akhirnya barang-barang bisa menjadi lebih mahal untuk konsumen yang memiliki kantong pas-pasan dan akhirnya pasar akan berkontraksi. Demikian juga itu berlaku pada pabrik-pabrik yang ada di mana-mana. Sehingga inilah kenapa bila ada hal buruk terjadi pada humanitas kita tidak bisa mengetawai tanpa tahu diri karena KARMA itu ternyata sudah mengikat erat kita sebagai 'suatu peradaban besar' yang saling terhubung satu sama lain.

Sabotase diri sendiri di 2020 juga semakin parah dengan di-adakannya FEAR MONGERING yang berujung SOCIAL ENGINEERING masyarakat untuk TAKUT TERHADAP 'KEBIJAKAN COVID19' dan akhirnya PEMERINTAH alih-alih secara dewasa menyadari virus ini ada dan berdampak pada orang banyak. Jujur saya merasa sekarang ini ada DISPARITAS antara video di wuhan/realita wuhan yang orang tiba-tiba jatuh pingsan dan kejang-kejang karena panas tinggi itu dengan apa yang ada di Indonesia. Kita sudah mengalami masa lockdown total waktu lalu dan secara disiplin 100% patuh, tapi apa hasilnya? tidak efektif, akhirnya pun ada lockdown total lagi di Jakarta.

Pertanyaan dari team conspiracy realist di LN yang buat saya mikir ulang adalah sebagai berikut : 1) Wow COVID19 is really a DEADLY virus that you need to be tested to know you're sick or not? 2) Wow they're militarily enforcing mask, but in other country they said mask is not useful because it might be causing more harm (respiratory sickness outside of covid19) 3) It's crazy that politician and rich people doesn't want the first wave covid vaccine but then saying it's the people should be the first volunteer. (remember number 1, DEADLY VIRUS) 4) The news in tanzania sending 3 sample : goat, eggs and papaya, all positive covid19. Link > anehnya fact-lame-checker bilang itu fake, lihat aja yang publish aljazeera : berarti berita itu official ada. Dan presiden itu tidak akan omong kosong jelasnya. 5) If Covid19 was real, then what about the banning of the scientist from other opinion? why is so afraid? 6) Terus soal bukti bahwa seolah ada step-by-step preparation untuk insident covid ini : misal operation lockstep, ada paten2 berhubungan soal covid19, dll. 7) Negara2 maju sudah pada demo soal covid ini karena kebijakan terkaitnya dianggap tidak masuk akal dan merugikan menengah ke bawah. 8) 'Masker scuba', di luar negeri masih dipakai ... kenapa kok Indonesia merevisi kebijakannya sendiri? 9) Penting: saya tidak bilang covid ini tidak ada, hingga detik ini saya masih yakin itu ada dan covid19 ini lebih mematikan pada ras asia daripada ras lain. Cuma kalau orang asia tidak keluar dari blunder yang ada, pastinya kelak akan jadi kalah-kalahan aja di masa depan.

Nah kok tiba2 saya sebutkan fakta itu? ya itu adalah bagian dari kegelisahan saya. Kegelisahan yang sebenernya adalah permasalahan bersama daripada masalah pribadi. Juga melihat film dari watchdog documentary dari situasi masyarakat yang dekat dengan alam, juga membuat saya lebih berpikir.

Watchdog Documentary 'racun'

Dekat dengan alam di masa sekarang ini apakah lebih beruntung daripada hidup di perkotaan ya? Soal krisis pangan ini ada berita sebelum-sebelumnya soal solar minimum, buat yang belum tahu ini adalah siklus natural matahari yang akan berpengaruh secara signifikan kepada humanitas.

wnosuf.png

Kita berada di 2020 dan menjadi waktu di mana jelek-jeleknya solar minimum itu, so jelek-jeleknya solar minimum tidak berarti = minimnya bahan pangan (ini masih perlu dikritisi). Tapi jelasnya kita berada di suatu zona yang bisa jadi menambah beban krisis karena adanya informasi kosong terhadap tantangan yang ada.

Dan saya sangat membenci tentunya dengan siapapun bila itu ada kesengajaan, pembuatan virus covid19 dan detonasinya yang ada di mana-mana itu. Kalau mengingat novel silat cina (tales demons and god) bisa dianalogikan dengan cerita soal beast-tide yang sangat overwhelming itu, alih2 bekerja sama untuk 'fortifying fortress' eh malah ada pengkhianat yang mensabotase kemanusiaan yang targetnya tentu apalagi kalau bukan penderitaan atau bahkan 'malthusian positive check'.

Akhirnya di detik-detik ini adalah sangat bijak untuk memaksimalkan apa yang bisa dilakukan saat WFH, yaitu olah raga dan jaga kesehatan, jaga supaya tidak terlalu stress dan perbanyak meditasi serta puasa. Namun jelas kegelisahan sebagai lampu merah yang kelap-kelip itu selalu ada, namun saya tidak memfokuskan mata saya pada hal itu. Lihat aja yang lain dan buat sesuatu, karena kegelisahan itu bukan permasalahan yang bisa diselesaikan secara individu – ini adalah masalah masyarakat. Dan tahu banyak itu bisa menjadikan diri semakin miserable, karena tahu tanpa bertindak menanggapi pengetahuan itu bener-bener menyiksa. Akhirnya ya cukup tahu aja ...

eh ... belum juga menyebutkan masalah economic collapse dan posibilitas perang dunia III (kontestasi barat dan timur) ahhh ...

Entah harusnya nulis soal G30S ya? tapi saya rasa itu topik terlalu jauh bagi saya. saya tahu fakta yang ada dibalik cerita itu sebenernya tapi karena isu PKI sudah banyak yang ngangkat (baca: kadrun). ngapain lagi?

Soal west papua, jujur saya sangat against separasi antara west papua dengan Indonesia. Dan di sini saya berbicara juga sebagai orang yang percaya pentingnya garis batas dan negara. Saya selalu curiga bahwa separasi itu selalu datangnya dari niatan asing/luar, bayangkan anda punya keluarga kemudian tiba2 salah satu anak ingin disowned dari keluarga karena merasa diperlakukan buruk, skenario ini sendiri adalah sesutu yang tidak mungkin. Tentu solusi yang baik adalah adanya EVALUASI dan pertobatan dari keluarga besar untuk RE-NORMING lagi apa yang mereka lakukan. Yaitu dengan berikan suatu REPARASI pada anggota keluarga yang merasa tersisihkan. Untuk disown keluarga sendiri itu bukan sesuatu yang bijak dan natural untuk dilakukan, saya takut selain papua nanti kalimantan juga akan melakukan hal yang sama! Oh dari dulu sampai sekarang ya sungai aja di sini, terus ada tambang, tapi kaum indigenous tidak pernah dapat apa-apa. JRENG – JRENG – JRENG, referendum kalimantan. BIG NO!

Namun di sisi lain saya tahu bahwa demonstrasi yang paling buruk adalah demo yang dihiraukan. Demikian juga di Inggris, 'habeas corpus' juga muncul setelah adanya suatu tekanan yang besar dari pihak masyarakat. Negara dengan banyak politisi di dalamnya kadang juga terlalu complacent, mereka hidup di tempat enak sedangkan yang lain berada di tempat yang tidak nyaman. Jujur untuk soal papua saya tidak pernah menyalahkan TNI, karena mereka hanya tools dan alat negara. Anda tidak pernah memenjarakan pistol ketika itu digunakan untuk membunuh kan? Demikian rasa tidak enak saya selalu diarahkan pada politisi entah itu legislatif ataupun eksekutif yang ada. Dan tidak di jaman ini aja, tapi di jaman terdahulu : ke mana aja?!?! Mungkin apa yang terjadi sekarang bukanlah missdemeanor.

Kalau pake kebijaksanaan dinasti cina kuno, di masa yang sangat ekstrim hubungan manusia bisa dipengaruhi dengan biji yang pernah ditaburkan ke orang tersebut dalam satu masa hidup. Apakah ada bibit yang pernah ditaburkan ke sana selama ini? Apakah 'the last seed of trust' yang bisa mempengaruhi rakyat papua untuk mempertimbangkan ulang hubungan dengan Indonesia?

Di detik ini saya rasa Indonesia butuh keseriusan lebih (kalau biasanya setiap hari 3x, sekarang kasih 6x) untuk menanggapi isu di sana. Dan STOP dengan pendekatan militeristik – itu BUKAN JALANNYA. Orang Papua itu halus!