D`jong's Kingdom

Internet is a galactic ocean | this is my anchor

Note : Saya sangat memedulikan kemajuan Indonesia dan men-sequitur-kan anti uu cipta kerja 2020 = anti kemajuan Indonesia itu fallacy terbesar. UU Cipta Kerja 2020 ini satu dari banyak usaha untuk memajukan Indonesia, UU Cipta Kerja 2020 itupun belum terbukti/secara rationale belum meyakinkan untuk mengentaskan permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Pembuktian itu juga tidak melulu butuh dilakukan dulu, kalau ada yang ngeyel seperti ini : orang ini tidak kenal filsafat (coba baca topik positivisme) = berarti lebih baik Anda hiraukan, karena memang bukan maqomnya tapi ikut ngomong.


https://youtu.be/3_EtIWmja-4

Tonton dulu video ini sampai habis Thomas Sowel

konteks : ini TS mengkritik soal politik US dari kebijakan left yang kemudian dianggap irasional dan tidak


Saya tautkan tweet saya (males nulis)

Ini terkait dengan policy

There's are no solutions, only trade-offs (alternative) and choose the BEST TRADE-OFFS that you can get:

1) Compared to what? 2) At What Cost? 3) What hard evidence do you have?

Never assume THAT as the only solution out there.

UU Cipta Kerja versi 1.0 ini hanya alternatif dari alternatif lain yang ada, jangan asumsikan itu adalah obat pasti sembuh karena belum ada yang terdahulu.

1) UU Cipta kerja itu lebih baik dibandingkan apa? 2) UU Cipta kerja itu ada di harga yg mana (mahal/murah bagi kita/masyarakat) 3) Apa bukti keras yang Anda punya kalau UU Cipta Kerja itu melakukan apa yang Anda jual?


Saya tambah lagi kalau memang semisal pemerintah serius untuk mendapatkan ketenagakerjaan maksimum – pengentasan masyarakat – sebenernya opsinya banyak yang tidak perlu mengorbankan rakyat kita sendiri. Saya baca banyak sekali kapitalisme dan liberalisme dan saya tahu apa yang mereka suka, contoh opsi yang demikian :

1) bebaskan pajak untuk pabrik 10/20 tahun 2) deregulasi peraturan/kasih kemudahan birokrasi 3) korbankan lingkungan (ini ekstrim) 4) komitmen dan proteksi pemerintah thd investor

Dan rakyat/masyarakat sendiri adalah fondasi negara dan kekuatan potensialnya, saya kira membuat undang-undang yang tidak pro-rakyat sebenernya hanya menggerogoti kita dari dalam saja. Sayang beribu sayang orang kita tidak bisa membedakan mana asumsi, opini dan realita.

Lalu diskusi soal hal ini menjadi sangat toksik dan berkepanjangan banyak yang suka bootlicking pada pemerintah yang saya temukan aneh sekali. Itu undang-undang jelek/baik juga mengikat sono hingga anak cucu juga padahal dan menurut pandangan classical liberalisme pemerintah yang baik itu adalah pemerintah yang terbatas.

Yang saya maksud dari postingan ini bukan untuk mengkritisi poin-poin dalam UU Cipta Kerja, tapi mengkritik soal : “KENAPA KOK SEOLAH UU INI HARUS LEGAL WHATEVER IT TAKES?”

Di bahasa madura ada istilah tantretan, sebenernya ini berasal dari kata tretan yang berarti kawan. Tapi kemudian menjadi tantretan yang berarti lain : yaitu kalau satu dikeruyuk maka sesama madura harus saling bantu, tidak peduli benar/salah. Kalau yang mengeruyuk orang madura lain, maka orang dekat yang saling bantu dst. Ini adalah budaya yang ada di Indonesia dan cukup terkenal di Surabaya atau daerah dekat madura.

Kalau saya gabungkan technocratic itu dengan pasar saham, pasti Anda akan dapat jelasnya. yaitu bahwa kalau saya Bejo dan punya duit 1 triliun dollar maka saya bisa menjadi investor di dua perusahaan yang bahkan perusahaan itu sebenernya adalah sifatnya kompetisi. Dan apalagi kalau uang saya lebih banyak, maka saya bisa lagi invest ke perusahaan lain yang menjadi satelit bagi dua perusahaan ini entah menjadi produk pelengkap bagi mereka ataupun yang lain sekalipun.

Nah di oktober ini jelasnya banyak sekali censorship yang terjadi secara online. Di Indonesia ini mungkin sedikit terjadi karena Indonesia itu negara yang cukup tidak berpengaruh secara luas secara internasional, sehingga opininya tidak terlalu berpengaruh. Juga 'pemerintahan kita ini cenderung kuat', jadi 'personalitas kita ini gampang dikontrol' dengan lebih baik dibandingkan negara barat yang cenderung masyarakatnya ini opinionated dan sangat kritis untuk berfilsafat dalam sebuah diskursus (juga jangan dilupakan secara ekonomi mereka lebih kuat, vote with your money they said).

Bitchute.com sebagai platform baru yang menjadi suara alternatif bagi orang-orang terbuang dari youtube menjadi semakin digunakan di penghujung 2020 ini. Siapa saja content creatornya? misal ada yang disensor di youtube karena berani-berani menentang suara WHO, maka dia akan buat video di bitchute untuk menciptakan video dengan santun dan step by step menjelaskan kepada pembacanya. Seradikal apapun suatu pemikiran di dalam video tidak pernah akan secara gampang mendoktrin orang-orang. Kecuali itu ada di arisan dan orang berkumpul itu hal yang lain, karena saya sendiri percaya dengan esensi energi, ketika orang berkumpul energi itu gampang dibagikan kepada orang lain. Singkatnya orang berkumpul => bisa lebih mudah mendoktrinasi daripada video yang kita lihat secara pasif.

Mengapa saya menegaskan hal itu? karena ada tuduhan di mana bitchute itu menjadi funnel dari suara-suara radikal. Padahal youtube juga lupa bahwa dirinya channel official ISIS juga terkadang dihosting di sana, menyebarkan berbagai macam propaganda negatif tapi dia tidak remove. Ingat ini ISIS ya, yang notabene bener2 terbukti sebagai teroris! Apa? mau gaslightning saya bahwa ISIS itu bukan teroris? wkwk

Dengan tuduhan seperti itu juga akhirnya tantretan pun jalan, yang memblokir dan mengasingkan bitchute tidak hanya youtube sendiri. Akhirnya gak tahu apakah ini koordinasi aktif ... LHAR twitter juga akhirnya membanned link yang mengacu pada bitchute. Bisa jadi banning langsung (Anda bisa lihat itu dibanned), bisa jadi tidak langsung (yaitu di mana dari akun lain baru Anda lihat yang Anda share sebenernya kosong dan tidak ada).

Tantretan pun juga tidak terjadi di saat ini saja, sebelumnya yang gila adalah alex jones. Di mana dia ini disensor dari video hosting, social media, hingga dari menggunakan paypal. Cukup besar 'jangkauan sosial' dari big tech ini, sangat bersaudara satu dengan yang lain.

Ini juga kenapa kok saya cukup pro terhadap apa yang ada di Cina. Di cina sono mereka membagi rakyatnya untuk masuk di sosial media selain punya orang barat (yang orang indonesia juga mendompleng). WeChat, Weibo, QQ, dll. Setidaknya ada negara yang menaungi anda, pokoknya jangan melawan negara itu sudah cukup lah.

Sedangkan big tech ini kepentingannya tidak pernah diketahui. Apa yang mereka bela? Sedangkan persahabatan itu sifatnya segitiga, negara setidaknya tidak akan merugikan rakyatnya terlalu banyak kecuali ada makar kan? sedangkan big tech yang internasionalis itu? mereka akan selalu pro terhadap profit dan apakah Indonesia sedemikian kaya-nya sehingga bisa mengamankan dirinya?

Sebenernya Indonesia dan negara2 lain bisa memecah tantretan big tech/technocracy ini dengan ikut mendukung free and opensource software. Gunakan gnu/linux dan ikut mensponsori non-profit organization sekaligus mengembangkan versi miliknya sendiri supaya tidak terjajah di masa depan.

Saya takut dengan presedence dari youtubers ... ya YOUTUBERS itu bisa kita lihat nasib negara bila big tech ini terlalu menggurita di setiap sendi kehidupan kita.

Gelisah adalah salah satu dari rasa-rasa 'yang exist' di dunia kemanusiaan, hewan mungkin bisa gelisah tapi itu instinctual – berbeda dari hewan 'sphere of perception and influence' dari manusia itu cukup jauh. Kalau hewan itu hanya gelisah dengan apa yang radius 100m bisa mereka rasakan, manusia bisa gelisah dengan radius apapun dari 'ancaman' yang ada.

Chinese-Word-of-Crisis.jpg

Dalam budaya China, ada 'pop understanding' bahwa krisis terdiri dari kanji dari 'danger' dan 'opportunity' dan walaupun secara kata-kata oleh linguist itu sebenernya terbukti tidak benar. Namun secara philosophical itu masuk akal, dalam krisis siapapun bisa merubah nasibnya, Krisis belum tentu adalah situasi yang buruk. Krisis berbeda dari kritis, krisis adalah kondisi di mana kita dipress untuk mengalami segala parameter yang minimal sedangkan kritis sebagai kondisi adalah di mana kita akan ditentukan hidup dan matinya sesuatu.

Bagi saya sendiri gelisah itu ibarat suatu 'spider sense' / lampu indikator merah untuk membuat saya bergerak untuk melewati sesuatu yang kritis. Di 2020 adalah kelak bisa menjadi masa krisis apabila penanggulangan pemerintah tidak maksimal,

Ketika masyarakat tidak mengembalikan psikologi confidencenya untuk mengkonsumsi seperti biasanya : produsen akan kehilangan insentif untuk memproduksi dan akhirnya barang-barang bisa menjadi lebih mahal untuk konsumen yang memiliki kantong pas-pasan dan akhirnya pasar akan berkontraksi. Demikian juga itu berlaku pada pabrik-pabrik yang ada di mana-mana. Sehingga inilah kenapa bila ada hal buruk terjadi pada humanitas kita tidak bisa mengetawai tanpa tahu diri karena KARMA itu ternyata sudah mengikat erat kita sebagai 'suatu peradaban besar' yang saling terhubung satu sama lain.

Sabotase diri sendiri di 2020 juga semakin parah dengan di-adakannya FEAR MONGERING yang berujung SOCIAL ENGINEERING masyarakat untuk TAKUT TERHADAP 'KEBIJAKAN COVID19' dan akhirnya PEMERINTAH alih-alih secara dewasa menyadari virus ini ada dan berdampak pada orang banyak. Jujur saya merasa sekarang ini ada DISPARITAS antara video di wuhan/realita wuhan yang orang tiba-tiba jatuh pingsan dan kejang-kejang karena panas tinggi itu dengan apa yang ada di Indonesia. Kita sudah mengalami masa lockdown total waktu lalu dan secara disiplin 100% patuh, tapi apa hasilnya? tidak efektif, akhirnya pun ada lockdown total lagi di Jakarta.

Pertanyaan dari team conspiracy realist di LN yang buat saya mikir ulang adalah sebagai berikut : 1) Wow COVID19 is really a DEADLY virus that you need to be tested to know you're sick or not? 2) Wow they're militarily enforcing mask, but in other country they said mask is not useful because it might be causing more harm (respiratory sickness outside of covid19) 3) It's crazy that politician and rich people doesn't want the first wave covid vaccine but then saying it's the people should be the first volunteer. (remember number 1, DEADLY VIRUS) 4) The news in tanzania sending 3 sample : goat, eggs and papaya, all positive covid19. Link > anehnya fact-lame-checker bilang itu fake, lihat aja yang publish aljazeera : berarti berita itu official ada. Dan presiden itu tidak akan omong kosong jelasnya. 5) If Covid19 was real, then what about the banning of the scientist from other opinion? why is so afraid? 6) Terus soal bukti bahwa seolah ada step-by-step preparation untuk insident covid ini : misal operation lockstep, ada paten2 berhubungan soal covid19, dll. 7) Negara2 maju sudah pada demo soal covid ini karena kebijakan terkaitnya dianggap tidak masuk akal dan merugikan menengah ke bawah. 8) 'Masker scuba', di luar negeri masih dipakai ... kenapa kok Indonesia merevisi kebijakannya sendiri? 9) Penting: saya tidak bilang covid ini tidak ada, hingga detik ini saya masih yakin itu ada dan covid19 ini lebih mematikan pada ras asia daripada ras lain. Cuma kalau orang asia tidak keluar dari blunder yang ada, pastinya kelak akan jadi kalah-kalahan aja di masa depan.

Nah kok tiba2 saya sebutkan fakta itu? ya itu adalah bagian dari kegelisahan saya. Kegelisahan yang sebenernya adalah permasalahan bersama daripada masalah pribadi. Juga melihat film dari watchdog documentary dari situasi masyarakat yang dekat dengan alam, juga membuat saya lebih berpikir.

Watchdog Documentary 'racun'

Dekat dengan alam di masa sekarang ini apakah lebih beruntung daripada hidup di perkotaan ya? Soal krisis pangan ini ada berita sebelum-sebelumnya soal solar minimum, buat yang belum tahu ini adalah siklus natural matahari yang akan berpengaruh secara signifikan kepada humanitas.

wnosuf.png

Kita berada di 2020 dan menjadi waktu di mana jelek-jeleknya solar minimum itu, so jelek-jeleknya solar minimum tidak berarti = minimnya bahan pangan (ini masih perlu dikritisi). Tapi jelasnya kita berada di suatu zona yang bisa jadi menambah beban krisis karena adanya informasi kosong terhadap tantangan yang ada.

Dan saya sangat membenci tentunya dengan siapapun bila itu ada kesengajaan, pembuatan virus covid19 dan detonasinya yang ada di mana-mana itu. Kalau mengingat novel silat cina (tales demons and god) bisa dianalogikan dengan cerita soal beast-tide yang sangat overwhelming itu, alih2 bekerja sama untuk 'fortifying fortress' eh malah ada pengkhianat yang mensabotase kemanusiaan yang targetnya tentu apalagi kalau bukan penderitaan atau bahkan 'malthusian positive check'.

Akhirnya di detik-detik ini adalah sangat bijak untuk memaksimalkan apa yang bisa dilakukan saat WFH, yaitu olah raga dan jaga kesehatan, jaga supaya tidak terlalu stress dan perbanyak meditasi serta puasa. Namun jelas kegelisahan sebagai lampu merah yang kelap-kelip itu selalu ada, namun saya tidak memfokuskan mata saya pada hal itu. Lihat aja yang lain dan buat sesuatu, karena kegelisahan itu bukan permasalahan yang bisa diselesaikan secara individu – ini adalah masalah masyarakat. Dan tahu banyak itu bisa menjadikan diri semakin miserable, karena tahu tanpa bertindak menanggapi pengetahuan itu bener-bener menyiksa. Akhirnya ya cukup tahu aja ...

eh ... belum juga menyebutkan masalah economic collapse dan posibilitas perang dunia III (kontestasi barat dan timur) ahhh ...

Entah harusnya nulis soal G30S ya? tapi saya rasa itu topik terlalu jauh bagi saya. saya tahu fakta yang ada dibalik cerita itu sebenernya tapi karena isu PKI sudah banyak yang ngangkat (baca: kadrun). ngapain lagi?

Soal west papua, jujur saya sangat against separasi antara west papua dengan Indonesia. Dan di sini saya berbicara juga sebagai orang yang percaya pentingnya garis batas dan negara. Saya selalu curiga bahwa separasi itu selalu datangnya dari niatan asing/luar, bayangkan anda punya keluarga kemudian tiba2 salah satu anak ingin disowned dari keluarga karena merasa diperlakukan buruk, skenario ini sendiri adalah sesutu yang tidak mungkin. Tentu solusi yang baik adalah adanya EVALUASI dan pertobatan dari keluarga besar untuk RE-NORMING lagi apa yang mereka lakukan. Yaitu dengan berikan suatu REPARASI pada anggota keluarga yang merasa tersisihkan. Untuk disown keluarga sendiri itu bukan sesuatu yang bijak dan natural untuk dilakukan, saya takut selain papua nanti kalimantan juga akan melakukan hal yang sama! Oh dari dulu sampai sekarang ya sungai aja di sini, terus ada tambang, tapi kaum indigenous tidak pernah dapat apa-apa. JRENG – JRENG – JRENG, referendum kalimantan. BIG NO!

Namun di sisi lain saya tahu bahwa demonstrasi yang paling buruk adalah demo yang dihiraukan. Demikian juga di Inggris, 'habeas corpus' juga muncul setelah adanya suatu tekanan yang besar dari pihak masyarakat. Negara dengan banyak politisi di dalamnya kadang juga terlalu complacent, mereka hidup di tempat enak sedangkan yang lain berada di tempat yang tidak nyaman. Jujur untuk soal papua saya tidak pernah menyalahkan TNI, karena mereka hanya tools dan alat negara. Anda tidak pernah memenjarakan pistol ketika itu digunakan untuk membunuh kan? Demikian rasa tidak enak saya selalu diarahkan pada politisi entah itu legislatif ataupun eksekutif yang ada. Dan tidak di jaman ini aja, tapi di jaman terdahulu : ke mana aja?!?! Mungkin apa yang terjadi sekarang bukanlah missdemeanor.

Kalau pake kebijaksanaan dinasti cina kuno, di masa yang sangat ekstrim hubungan manusia bisa dipengaruhi dengan biji yang pernah ditaburkan ke orang tersebut dalam satu masa hidup. Apakah ada bibit yang pernah ditaburkan ke sana selama ini? Apakah 'the last seed of trust' yang bisa mempengaruhi rakyat papua untuk mempertimbangkan ulang hubungan dengan Indonesia?

Di detik ini saya rasa Indonesia butuh keseriusan lebih (kalau biasanya setiap hari 3x, sekarang kasih 6x) untuk menanggapi isu di sana. Dan STOP dengan pendekatan militeristik – itu BUKAN JALANNYA. Orang Papua itu halus!

  1. Bash up your level fast do the most effective things at time
  2. Fasting to get more spiritual power don't let vanity get on you
  3. Cultivate your conviction to the maximum, belief will make you brave
  4. And let law of attraction flow in like positive qi inside
  5. There's a blessing and curse no matter on high/low point are you

You're just nothing, what you do is the real you. Don't too much indulge on your bad chi, just watch your step and do it.

Pray in what you're doing

Saya memberikan opini sebagai apresiasi kerja TNI di Indonesia. Note: keluarga saya dari ayah dekat dengan TNI, kakek saya komandan di koramil, pakde saya (almarhum) adalah anggota kopaska, saya juga masih banyak kenalan yang masuk sebagai angkatan.

Saya juga tidak setuju dengan Veronika Koman, saya gak perlu menunggu dari mulutnya kalau dia ini sebenernya adalah agen asing melihat bagaimana tendensi bicaranya itu untuk memisahkan papua dari Indonesia. Papua adalah bagian dari Indonesia. Coba kasih pertanyaan pada VK apakah kalau sekarang papua dianiaya dan merdeka, besok kalau bali di kucilkan lalu bisa cari kemerdekaan juga? Lalu madura? gitu?

Berita terbaru : Churches union condemns shooting that killed pastor in Papua, urges Jokowi to take action

Namun saya juga menyadari bahwa apa yang terjadi di Papua adalah sesuatu yang rawan dan butuh kesadaran untuk lebih yang memanusiakan, atau setidaknya itu yang diberitakan di media masa. Pada awalnya saya sedikit skeptis dengan berbagai foto yang ada dan diberitakan via VK di media sosialnya. Namun kasus penembakan pendeta ini menjadi pembuka mata.
(1) Pendeta itu jelasnya tidak memakai baju yang berbau politik di sana
(2) Pendeta memiliki kredibilitas dan trackrecord dalam melakukan pelayanan non-profit di papua sana
(3) Pendeta itu jelasnya akan pilih apolitical/dia hanyalah pendeta palsu yang cari untung saja. Apolitical juga berarti dia menerima seluruh umatnya karena jelas umat punya golongan politik yang berbeda-beda
(4) Di masa pandemi ini juga terbongkar di dunia orang kristen, banyak gereja yang sibuk cari uang lewat donasi dll. Gereja di lokasi terpencil adalah Karya Tuhan yang lebih riil dibandingkan siapa-siapa yang berada di perumahan kaya di perkotaan.

Namun di sisi lain polisi secara terang-terangan akhirnya menyangkal berita ini Polda Papua: Isu Pendeta Tewas Ditembak TNI Tak Benar, Itu Fitnah KKB!

Tentunya kita tidak langsung percaya dengan yang dikatakan oleh TNI, karena daripada nasionalisme saya akan memilih kebenaran. Apa gunannya nasionalisme apabila tentara kemudian terang-terangan secara tidak adil menyiksa rakyat sendiri = menjadi alat dari oligarki alih-alih menjadi pahlawan untuk mempertahankan negara?

Berita mainstream itu kebanyakan hanya menjadi stenographer bagi pemerintah dan ilmu ini saya dapatkan seiring meningkatnya jam terbang melihat berbagai manipulasi yang ada di pemilu USA. Bukan saya tidak tertarik dengan Indonesia, tahu sendiri kan gimana kondisi free-speech di sini? semua tidak kelihatan gamblang.

Lalu kalau mengutip apa yang dikatakan oleh corbettreport, apa yang ada di berita mainstream itu selalu closed source, yang berarti kebanyakan kasus Anda tidak bisa melihat kasus itu dari data mentah yang ada. Ibarat sosis langsung terima jadi, gak tahu berapa kadar rasio daging dan tepung untuk pembuatan makanan itu. Dibandingkan dengan jurnalis independen, mereka selalu bisa menyajikan data-data karena mereka bisa lari bila dikejar berbeda dengan berita mainstream yang gampang diancam bila perlu.

That being said harus diingat pula bahwa ini kejadian juga semakin panas ketika freeport sudah dijual ke Indonesia. Apakah ada beberapa “investor yang renege on promise?”, seperti yang perlu Anda tahu tidak jarang NGO itu membiayai “operation sedition” di negara-negara menggunakan cover “kemanusiaan”.

Namun bila benar itu yang terjadi TNI harus memperbaiki diri mereka sendiri, kadang kebijaksanaan itu lebih dahsyat daripada mengalahkan secara fisik.

Kalau soal kapitalisme gini kredonya.

1) Kapitalisme adalah 'the only way', macem saudara Yesus. 2) Socialisme hanyalah 'soon-to-be' komunisme, pokemonize it ibarat metapod ke butterfree. 3) Want real socialism, look at venezuela. 4) Good commie = Dead commie 5) If capitalism failing we called that communism

sebagai orang katolik jelas tidak mungkin saya pandering ke communism – socialism – atau bahkan kapitalisme, secara historis karena ada masalah dibalik itu. Walaupun socialism juga di Gereja Katolik ada namanya Social Teaching dan itu lebih komprehensif daripada sekular social teaching macem socialism itu.

mengapa menjadi content-creator (youtuber)

why? mengasses diri lagi sebelum masuk dan dikenal wkwk, saya tidak meremehkan kalau misal yang saya takutkan bener-bener terjadi

saya tidak menyebut diri saya sebagai youtuber, itu yang pertama, saya sebut diri saya sebagai kreator/pencipta konten. Apa yang saya ciptakan? adalah apa yang menjadi komoditi saya : ide, kepercayaan, database knowledge, tingkat kritis otak dan kesejarahan saya.

saya tidak membatasi pada youtube sih, saya ini sebenernya lebih pinter untuk ngetik / berkonsep daripada menjadi pembicara online. Dan saya juga tidak terlalu ingin jadi pembicara karena banyak aaah – eeeeh wkwk.

untuk roemoes sebenernya fokus utama adalah pada filsafat, karena yang hardcore banyak saya hanya berfilsafat singkat aja gak muluk2. Kalau untuk formalitas : untuk membagikan agar bisa bermanfaat pada orang lain. Tapi sebenernya sih, untuk curhat aja.

untuk berilmu/tidak, saya kira tidak ada orang yang mengaku sudah berada di puncak dulu dan baru mengajar. Ibarat koki/gitaris, Anda sudah berada di titik tertinggipun. John Petruci vs Paul Gilbert juga pada akhirnya akan merefleksikan diri dengan karya musik masing-masing (bukan ijazah vs ijazah). Apakah karya musik yang favorit adalah dari musisi yang pendidikannya tertinggi? Tommy emmanuel aja tidak sekolah dan enak mainnya. Semua kembali ke feel diri kita sebagai content creator apakah nyambung kepada feel penonton.

pada akhirnya kesimpulan saya, ya menjadi konten kreator hanyalah sebuah aktualisasi diri saja untuk menemukan jati diri yang asli. Kisah saya silahkan difollow jika ingin.

roemoes tidak lagi menjadi sebuah brand company tapi sebuah pseudonym aja bagi diri saya yang diam dan tidak terlihat di dunia nyata, namun terlihat dalam dunia real sebagai karya.

Saya hari ini mencoba menulis 3 post minimal dan akan membiasakan untuk menulis apa yang saya rasa di write.as ini.

Untuk menulis itu sulit apa betul sih sulit? Siapa yang bilang itu sulit? Anda menulis random apa sulit?

Ya betul saya membedakan menulis karya tulis dan menulis random Menulis random tidak pernah sulit sangat mudah sekali seperti yang saya tulis ini, tidak ada forma tidak ada batasan totally unfettered

Sedangkan untuk menulis karya tulis? memang ada fetter tertentu yang ada, namun jelasnya supaya tidak sulit => tulislah versi bebasnya dulu (sesuka Anda), pake jancok gapapa, lalu setelah itu pekerjakanlah editor (a.k.a bisa diri Anda sendiri) untuk memfilter segala yang 'informal' dalam tulisan itu.

Mengapa kok menulis itu sulit? saya mempertanyakan lagi dan lagi

'Semua rusak' (important moment)

Setelah melalui tragedi september di 2019, ada terulang lagi tragedi september di 2020,

ternyata setelah kupikir2 betul, tidak perlu kita menjadi perfeksionis dan berharap apa yang kita punya tidak akan rusak sepanjang masa, segala hal akan berlalu dalam kehidupan kita,

time erodes everything on its path, only the living one knows the very fact,

sekarang bener saya hidup dari sisa-sisa aja, penyakit hati sudah sembuh namun sekarang tersisa penyakit ekonomi, semoga di masa depan saya bisa menertawakan apa yang terjadi pada hari ini

juga seolah Tuhan mengatakan kepada saya : Anggap sebagai beli belajar = tahu kan belajar itu biayanya mahal?

yang jelas menjadi pinter itu adalah karunia yang kadang diremehkan, pinter sendiri itu kadang biayannya mahal

Hussshhh... let's move on