Tantretan technocratic
Di bahasa madura ada istilah tantretan, sebenernya ini berasal dari kata tretan yang berarti kawan. Tapi kemudian menjadi tantretan yang berarti lain : yaitu kalau satu dikeruyuk maka sesama madura harus saling bantu, tidak peduli benar/salah. Kalau yang mengeruyuk orang madura lain, maka orang dekat yang saling bantu dst. Ini adalah budaya yang ada di Indonesia dan cukup terkenal di Surabaya atau daerah dekat madura.
Kalau saya gabungkan technocratic itu dengan pasar saham, pasti Anda akan dapat jelasnya. yaitu bahwa kalau saya Bejo dan punya duit 1 triliun dollar maka saya bisa menjadi investor di dua perusahaan yang bahkan perusahaan itu sebenernya adalah sifatnya kompetisi. Dan apalagi kalau uang saya lebih banyak, maka saya bisa lagi invest ke perusahaan lain yang menjadi satelit bagi dua perusahaan ini entah menjadi produk pelengkap bagi mereka ataupun yang lain sekalipun.
Nah di oktober ini jelasnya banyak sekali censorship yang terjadi secara online. Di Indonesia ini mungkin sedikit terjadi karena Indonesia itu negara yang cukup tidak berpengaruh secara luas secara internasional, sehingga opininya tidak terlalu berpengaruh. Juga 'pemerintahan kita ini cenderung kuat', jadi 'personalitas kita ini gampang dikontrol' dengan lebih baik dibandingkan negara barat yang cenderung masyarakatnya ini opinionated dan sangat kritis untuk berfilsafat dalam sebuah diskursus (juga jangan dilupakan secara ekonomi mereka lebih kuat, vote with your money they said).
Bitchute.com sebagai platform baru yang menjadi suara alternatif bagi orang-orang terbuang dari youtube menjadi semakin digunakan di penghujung 2020 ini. Siapa saja content creatornya? misal ada yang disensor di youtube karena berani-berani menentang suara WHO, maka dia akan buat video di bitchute untuk menciptakan video dengan santun dan step by step menjelaskan kepada pembacanya. Seradikal apapun suatu pemikiran di dalam video tidak pernah akan secara gampang mendoktrin orang-orang. Kecuali itu ada di arisan dan orang berkumpul itu hal yang lain, karena saya sendiri percaya dengan esensi energi, ketika orang berkumpul energi itu gampang dibagikan kepada orang lain. Singkatnya orang berkumpul => bisa lebih mudah mendoktrinasi daripada video yang kita lihat secara pasif.
Mengapa saya menegaskan hal itu? karena ada tuduhan di mana bitchute itu menjadi funnel dari suara-suara radikal. Padahal youtube juga lupa bahwa dirinya channel official ISIS juga terkadang dihosting di sana, menyebarkan berbagai macam propaganda negatif tapi dia tidak remove. Ingat ini ISIS ya, yang notabene bener2 terbukti sebagai teroris! Apa? mau gaslightning saya bahwa ISIS itu bukan teroris? wkwk
Dengan tuduhan seperti itu juga akhirnya tantretan pun jalan, yang memblokir dan mengasingkan bitchute tidak hanya youtube sendiri. Akhirnya gak tahu apakah ini koordinasi aktif ... LHAR twitter juga akhirnya membanned link yang mengacu pada bitchute. Bisa jadi banning langsung (Anda bisa lihat itu dibanned), bisa jadi tidak langsung (yaitu di mana dari akun lain baru Anda lihat yang Anda share sebenernya kosong dan tidak ada).
Tantretan pun juga tidak terjadi di saat ini saja, sebelumnya yang gila adalah alex jones. Di mana dia ini disensor dari video hosting, social media, hingga dari menggunakan paypal. Cukup besar 'jangkauan sosial' dari big tech ini, sangat bersaudara satu dengan yang lain.
Ini juga kenapa kok saya cukup pro terhadap apa yang ada di Cina. Di cina sono mereka membagi rakyatnya untuk masuk di sosial media selain punya orang barat (yang orang indonesia juga mendompleng). WeChat, Weibo, QQ, dll. Setidaknya ada negara yang menaungi anda, pokoknya jangan melawan negara itu sudah cukup lah.
Sedangkan big tech ini kepentingannya tidak pernah diketahui. Apa yang mereka bela? Sedangkan persahabatan itu sifatnya segitiga, negara setidaknya tidak akan merugikan rakyatnya terlalu banyak kecuali ada makar kan? sedangkan big tech yang internasionalis itu? mereka akan selalu pro terhadap profit dan apakah Indonesia sedemikian kaya-nya sehingga bisa mengamankan dirinya?
Sebenernya Indonesia dan negara2 lain bisa memecah tantretan big tech/technocracy ini dengan ikut mendukung free and opensource software. Gunakan gnu/linux dan ikut mensponsori non-profit organization sekaligus mengembangkan versi miliknya sendiri supaya tidak terjajah di masa depan.
Saya takut dengan presedence dari youtubers ... ya YOUTUBERS itu bisa kita lihat nasib negara bila big tech ini terlalu menggurita di setiap sendi kehidupan kita.